Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia, Sejarah kelas X SMA

September 24, 2015

A.   Manusia Purba di Indonesia
Manusia Purba (Prehistoric People) merupakan jenis manusia yang hidup berjuta tahun lalu yang belum mengenal tulisan. Memiliki alat pendukung untuk berburu / mencari makanan terbuat dari batu. Terungkapnya manusia purba ini berawal dari penemuan fosil dan artefak :
1)      Fosil adalah tulang belulang manusia maupun hewan dan tumbuhan yang telah membatu.

2)      Artefak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil dari kebudayaannya.
Sehingga dari fosil dan artefak ini para peneliti atau ahli arkeolog dapat mengetahui usia dan peradaban di alam kehidupanya pada masa lampau.




Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia antara lain :

1)      Meganthropus Paleojavanicus
Disebut juga sebagai Manusia Raksasa Jawa, ditemukan oleh seorang peneliti dari belanda bernama Von Koniegswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo antara Tahun 1936 - 1941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen bawah, diperkirakan dia memiliki badan tegap dan rahang besar dan kuat. Manusia jenis ini diperkirakan hidup pada Zaman Batu Tua (Paleolithikum) sekitar  1 juta sampai dengan 2 juta tahun lalu.
Ciri-Ciri :
  • Memiliki tulang pipi yang tebal
  • Memiliki otot kunyah yang kuat
  • Memiliki tonjolan kening yang mencolok
  • Memiliki tonjolan belakang yang tajam
  • Tidak memiliki dagu
  • Memiliki perawakan yang tegap
  • Memakan jenis tumbuhan


2)      Pithecanthropus
Manusia purba jenis ini merupakan manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Manusia ini juga disebut Manusia Kera yang Berjalan Tegak. Memiliki umur yang bervariasi diperkirakan hidup antara 30.000 sampai dengan 2 juta tahun lalu. Manusia purba jenis ini mempunyai ciri-ciri badan tegap tapi tidak setegap meganthropus, muka menonjol ke depan dahi miring kebelakang, bentuk kepala lonjong seperti berkonde dan hidungnya besar. Ada beberapa spesies manusia purba jenis ini yang ditemukan di Indonesia, antara lain :
a)      Pithecanthropus Erectus 
Di tahun 1890, Eugene Dubois yang seorang ahli purbakala dari Belanda telah menemukan adanya fosil manusia Purba yang berada di desa Trinil atua Ngawi, Jawa Timur. Pada wilayah tersebut terletak berada di lembah Sungai Bengawan Solo.  Berdasarkan hasil temuannya menunjukkan bahwa ternyata fosilnya berbentuk kerangka manusia yang mirip dengan kera sehingga disebut sebagai Pithecanhtropus Erectus. Mengacu dari penelitian pada temuan beberapa fosil yang ada maka disimpulkan bahwa Pithecanthropus Erectus memiliki ciri-ciri yang antara lain sebagai berikut:.
Ciri-Ciri :
·         Bentuk hidung tebal
·         Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
·         Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
·         Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
·         Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
·         Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
·         Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
·         Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde


b)      Pithecanthropus Mojokertensis

G.H.R von Koenigswald di sekitar tahun 1936 sampai 1941 telah melakukan sebuah penelitan manusia pra aksara yang berada di sepanjang lembah di aliran sungai bengawan solo. Di tahun 1936, peneliti von Koenigswald telah menemukan sebuah fosil tengkorang kanak-kanak yang berada di dekat wilayah Mojokerto. Mengacu dari taju puting dan sendi rahang bagian bawah, diprediksi bahwa umur makhluk tersebut sekitar 5 sampai 6 tahun. Walaupun von Koegniswald hanya memperkirakan bahwa tengkorang yang telah ditemukannya adalah anak Pithecanthropus, ia tetap masih berhati-hati dalam mengemukakan pendapatnya. Untuk sementara, makhluk tersebut disebut sebagai Homo Mojokertensis.
Di tahun yang berikutnya, pada daerah lembah sungai bengawan solo semakin banyak didapatkan fosil manusia prasejarah, seperti jenis Pithecanthropus yang lainnya. Mengacu dari beberapa temuan itu, von Koenigswald akhirnya membagi lapisan diluvium pada lembang sungai Bengawan Solo yaitu Lapisan Jetis atau lapisan Pleistosen bawah, Lapisan trinil atau Lapisan Pleistosen tengah dan lapisan ngandong atau Pleistosen atas.
Mengacu dari pembagian lapisan dilluvium tersebut itulah maka Pithecanthropus temuan dari Duboi akan menempati lapisan Trinil. Kemudian Pithecanthropus yang telah menempati lapisan Jetis atau lapisan pleistosen bawah akan memiliki tubuh yang lebih kuat dan besar yang dinamakan sebagai Pithecanhtropus erectus. Pada lapisan pleistosen bawah ditemukan Homo Mojokertensis yang dinamakan sebagai Pithecanthropus Mojokertensis yang memiliki badan yang tegap, mukanya telihat menonjol kedepan, kening yang tebal dan memiliki tulang pipi yang sangat kuat.
·         Memiliki badan yang tegap
·         Memiliki tinggi badan antara 165-180 cm
·         Memiliki tulang rahang dan geraham yang kuat
·         Memiliki bentuk kening yang menonjol
·         Tidak memiliki dagu
·         Volume otak belum sempurna
·         Tulang atas tengkorak tebal dan  berbentuk lonjong

c)      Pithecanthropus Robotus

Ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada Tahun 1939 di Trinil, Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

d)      Pithecanthropus Soloensis

Ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth diNgandong dan Sangiran.berupa tengkorak dan tulang kering. Tahun 1931-1933.

3)      Homo atau manusia
Fosil manusia purba jenis homo sangatlah muda jika dibandingkan dengan fosil manusia purba pada jenis lainnya. Ada yang disebut homo erectus yang manusia berjalan tegak atau Homo sapiens dimana disebut manusia bijaksana atau cerdas. Fosil dari manusia purba jenis homo ini ditemukan pada lapisan Notopurpo yang memiliki umur sekitar 25.000-40.000 tahun yang lalu.
a)      Homo Soloensis
Ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich antara tahun 1931-1934disekitar sungai Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak. Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh manusia purba jenis ini antara lain, volume otak antara 1000 – 1300 cc; tinggi badan antara 130 – 210 cm; muka tidak menonjol ke depan; serta berjalan tegap secara bipedal (dua kaki). Homo soloensis diperkirakan pernah hidup antara 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Ciri - Ciri :
·         Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
·         Tinggi badan antara 130 – 210 cm
·         Otot tengkuk mengalami penyusutan
·         Muka tidak menonjol ke depan
·         Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

b)       Homo Wajakensis 
Ditemukan oleh Van Rèestchoten pada Tahun 1990 di Desa Wajak, Tulungagung yang kemudian di teliti oleh Eugene Dubois. Hidup antara 40.000 –  25.000 tahun yang  lalu,  pada lapisan Pleistosen Atas. Tengkoraknya mempunyai banyak persamaan dengan orang Aborigin penduduk asli Australia. Yaitu : memiliki muka lebar dan datar; hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol; tulang tengkorak sudah membulat; serta memiliki tonjolan yang agak mencolok di dahi

Ciri - ciri :
·         Memiliki tulang tengkorak, rahang atas, dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
·         Memiliki volume otak sekitar 1630 cc
·         Mukanya datar dan lebar.
·         Rahangnya tergolong padat dan memiliki gigi yang besar.
·         Tinggi tubuhnya sekitar 173 cm

c)      Homo Floresiensis
Dibanding jenis lainnya, homo ini memiliki keistimewaan karena tubuhnya yang kerdil. Ditemukan oleh seorang pastur bernama Verhoeven pada tahun 1958 di goa Liang Bua Manggarai, Flores, dan baru di umumkan sebagai temuan yang menghebohkan pada tahun 2004. Diperkirakan hidup sekitar 30.000 –18.000 tahun yang lalu, telah mampu membuat peralatan dari batu, pemburu handal dan memasak dengan api, tetapi ukuran tangannya masih panjang. Manusia kerdil ini memiliki tinggi tubuh sekitar 1 m, dan ukuran tengkorak seperti anak kecil. Dari cerita  rakyat  setempat, masyarakat Flores menyebut manusia kerdil ini  dengan nama Ebu Gogo.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »